07/04/09

Tingkatan Sabuk

Untuk menjamin penguasaan keilmuan bagi para anggotanya, Perguruan TAPAK SUCI menganut sistem Jenjang/Tingkat Sabuk.Setiap kenaikan Tingkat Sabuk dilakukan melalui Ujian Kenaikan Tingkat, sehingga sabuk ketingkatan di dalam Perguruan TAPAK SUCI bukanlah merupakan pemberian atau hadiah. Setiap orang di dalam Perguruan TAPAK SUCI dituntut dapat mempertanggung jawabkan Tingkat Sabuk yang disandangnya itu--termasuk dari mana dan dengan cara apa mendapatkannya, dan dituntut sanggup sebagai teladan yang utama.

Perguruan TAPAK SUCI bukanlah sebuah perguruan yang person-centris (berpusat pada pengkultusan seseorang atau sabuk), maka setiap orang dengan tingkat sabuk lebih tinggi tidak dapat merasa seolah-olah bahwa perguruan TAPAK SUCI adalah miliknya sendiri. Hal ini termasuk berlaku pada setiap tingkat Pimpinan. Bahkan sebaliknya, setiap orang di dalam Perguruan TAPAK SUCI memiliki kewajiban yang sama dalam penegakkan hukum dan aturan organisasi. Sebagai gerakan, Perguruan TAPAK SUCI memiliki jalur dan tingkat pimpinan yang jelas yang masing-masing telah diatur wewenang dan wilayah tugasnya. Hal ini menyiratkan bahwa seseorang dengan tingkat sabuk yang lebih tinggi tetap taat pada aturan, karena Hukum dan Aturan adalah kedaulatan tertinggi.

Jenjang ketingkatan di dalam Perguruan TAPAK SUCI terdiri dari 15 (lima belas) tingkat, yang terbagi dalam 3 gugus jenjang besar yaitu: SISWA, KADER, dan PENDEKAR.

Jenjang SISWA

Warna Dasar Sabuk: Kuning

SISWA adalah sebutan untuk murid yang belajar pada Perguruan. Jenjang SISWA adalah jenjang pendidikan utama yang berisi pendasaran, bagi siapa pun yang dibina oleh Perguruan TAPAK SUCI. Masa pendidikan SISWA ditempuh sekurang-kurangnya selama 6 (enam) bulan tiap tingkat. Namun ini bukan berarti setiap enam bulan seorang SISWA boleh naik tingkat, tanpa menguasai materi pendidikan dan pembinaan. Setiap SISWA berhak mendapatkan pendidikan dan pembinaan sesuai tingkatnya. Apabila sudah menempuh dan menyelesaikan pendidikan dan pembinaan sesuai tingkatnya, seorang SISWA berhak mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat.

  1. Siswa Dasar - Polos
    siswadasar.gif


  2. Siswa Satu - Melati Cokelat Satu
    siswasatu.gif


  3. Siswa Dua - Melati Cokelat Dua
    siswadua.gif


  4. Siswa Tiga - Melati Cokelat Tiga
    siswatiga.gif


  5. Siswa Empat - Melati Cokelat Empat
    siswaempat.gif



Jenjang KADER

Warna Dasar Sabuk: Biru

KADER, adalah jenjang bagi seseorang yang telah selesai dan dinyatakan lulus menempuh pendidikan dan pembinaan pada jenjang SISWA. Pendidikan dan pembinaan dilakukan sekurang-kurangnya selama 1 tahun per tingkat. Dalam setahun itu seorang KADER memenuhi seluruh materi pendidikan dan pembinaan sebelum akhirnya dinyatakan SANGGUP untuk mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat. Walaupun sudah lebih dari 1 tahun namun KADER ybs belum selesai menguasai materi pendidikan dan pembinaan, maka KADER ybs dinyatakan tidak sanggup sehingga tidak mendapatkan hak untuk mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat.

Pada jenjang KADER juga dilakukan pendidikan dan pembinaan ke-Pelatih-an. PELATIH, adalah sebutan bagi seseorang yang telah dinyatakan sanggup dan berkemampuan, sehingga kepadanya berhak untuk bertugas sebagai pelaksana pendidikan dan pembinaan untuk jenjang SISWA. Tidak semua KADER itu adalah PELATIH, karena keterbatasan waktu dan lain sebagainya. Namun untuk menjadi PELATIH harus bertingkat KADER. Setiap KADER berlomba-lomba mengumpulkan jam terbang yang tinggi baik dalam kegiatan keilmuan maupun organisasi, termasuk yang berupa penugasan, pendalaman, dan penelitian. Jenjang KADER juga menuntut pergorbanan yang lebih besar serta kesanggupan mempertanggung jawabkan keilmuan dan keahliannya.

  1. Kader Dasar - Polos
    kaderdasar.gif


  2. Kader Muda - Melati Merah Satu
    kadermuda.gif



  3. Kader Madya - Melati Merah Dua
    kadermadya.gif



  4. Kader Kepala - Melati Merah Tiga
    kaderkepala.gif



  5. Kader Utama - Melati Merah Empat
    kaderutama.gif




Jenjang PENDEKAR

Warna Dasar Sabuk: Hitam

Jenjang PENDEKAR adalah jenjang tertinggi dalam tingkat sabuk di Perguruan TAPAK SUCI. Untuk mencapai jenjang PENDEKAR diperlukan jam terbang yang tinggi karena dituntut memiliki kesanggupan dalam mempertanggung jawabkan keilmuan dan keahliannya, dengan menyumbangkan pengorbanan yang lebih besar serta sanggup menjadi tauladan yang utama.

  1. Pendekar Muda, PMa - Melati Hitam Satu
    pendekarmuda.gif



  2. Pendekar Madya, PMdy - Melati Hitam Dua
    pendekarmadya.gif



  3. Pendekar Kepala, PKa - Melati Hitam Tiga
    pendekarkepala.gif



  4. Pendekar Utama, PUa - Melati Hitam Empat
    pendekarutama.gif




  5. Pendekar Besar, PBr - Melati Hitam Lima pendekarbesar.gif

Arti Lambang




ARTI LAMBANG
PERGURUAN SENI BELADIRI INDONESIA
TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH


Bentuk bulat : Bertekad Bulat
Berdasar biru : Keagungan
Bertepi hitam : Kekal dan abadi melambangkan sifat ALLAH SWT
Bungan Mawar : Keharuman
Warna Merah : Keberanian
Daun Kelopak hijau : Kesempurnaan
Bunga Melati Putih : Kesucian
Jumlah Sebelas : Rukun Islam dan rukun Iman
Tangan Kanan Putih : Keutamaan
Terbuka : Kejujuran
Berjari Rapat : Keeratan
Ibu jari tertekuk : Kerendahan Hati
Sinar Matahari Kuning : Putera Muhammadiyah

Keseluruhan lambang tersimpul dengan nama "TAPAK SUCI", yang mengandung arti:

Bertekad bulat mengagungkan asma ALLAH Subhanahuwata’ala, kekal dan abadi. Dengan keberanian menyerbakkan keharuman dengan sempurna. Dengan Kesucian menunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman. Mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan rendah hati.

Perguruan Historis IPSI

Pada masa-masa perkembangan Perguruan Tapak Suci yang telah merambah ke persada nusantara, maka dipandang perlu bagi Perguruan Tapak Suci untuk mencari induk organisasi pencak silat. Pada waktu itu sekurang-kurangnya ada tiga organisasi yang menamakan diri sebagai induk organisasi pencak silat Indonesia, yaitu: PPSI yang digerakkan dari Bandung, IPSI yang digerakkan dari Jakarta, dan BAPENSI yang digerakkan dari Yogyakarta, yang masing-masing mencari kekuatan pendukung.

Melalui Rapat Kerja Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 20 April 1967 di Pekalongan, disamping memutuskan dan mengesahkan Anggaran Rumah Tangga, Tapak Suci berketetapan hati memilih Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (sekarang Ikatan Pencak Silat Indonesia) sebagai induk organisasi pencak silat. Untuk itu Tapak Suci didaftarkan kepada PB. IPSI dan langsung diterima menjadi anggota nasional. Kelak kemudian Tapak Suci didudukkan sebagai salah satu dari 10 Perguruan Historis IPSI, mengingat peran Tapak Suci yang menunjang tegak berdirinya PB. IPSI yang kala itu kondisinya sedang kritis.


Kiprah Tapak Suci


Maka kelak kiranya Tapak Suci menjalankan tugas dan peran yang tidak mudah. Di satu sisi Tapak Suci adalah organisasi dakwah yang berinduk ke Muhammadiyah. Di sisi lain Tapak Suci adalah organisasi pencak silat dengan induknya IPSI. Pada dimensi lainnya, Tapak Suci adalah sebuah ilmu beladiri, namun juga merupakan gerakan olahraga dan seni. Hal ini menuntut organisasi dan keilmuan dapat seiring sejalan. Kelak itulah mengapa Sabuk yang terurai pada pesilat Tapak Suci, harus sama panjang di kedua sisi dan tepat jatuhnya di tengah, tidak lebih panjang di satu sisi saja.

Prestasi Olahraga Dan Seni

Dalam Kejuaraan Nasional I Tapak Suci tahun 1967 di Jember, pertandingan Pencak Silat Tapak Suci dilaksanakan dengan pertarungan bebas. Hal ini bercermin dari tradisi perguruan sejak dulu dalam melakukan sabung (pertarungan) yaitu dengan menggunakan full-body contact, yang mana setiap anggota tubuh adalah sasaran sah untuk diserang, kecuali mata dan kemaluan. Namun ternyata sistem pertarungan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam pertandingan olahraga karena dapat mengakibatkan cidera, cacat permanen, bahkan kematian. Maka seiring dengan itu pula maka pasca Kejurnas I di Jember tahun 1967 itu sistem pertandingan olahraga Tapak Suci terus mengalami penyempurnaan demi penyempurnaan, sekalipun hingga beberapa dasawarsa ke depan kemudian, sistem pertandingan olahraga Tapak Suci tetap tidak menggunakan pelindung badan (body-protector), dengan pengertian bahwa "pelindung badan" pesilat Tapak Suci adalah keilmuan dan ketangkasan si pesilat. Pada Kejurnas I di Jember itu pun sudah diperlombakan pencak silat seni, yang mana yang dilombakan adalah Kerapihan Teknik Permainan.

Ketika Tapak Suci memantapkan diri dalam gerakan olahraga dan seni, keilmuan Tapak Suci ditampilkan melalui 4 aspek; mental-spiritual, olahraga, seni, dan beladiri. Adapun ilmu pengebalan tubuh ataupun anggota tubuh berupa alat penyasar, mulai ditinggalkan. Hal ini mengingat adanya anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar ilmu tersebut disimpan, kalau toh itu ilmu yan haq, akan tetapi dikhawatirkan dapat menjadi satu kesombongan.

Pasca Lahirnya Tapak Suci

Tahun-tahun 1960-an kita ketahui bahwa gerakan komunis di Indonesia telah semakin menjadi-jadi di seluruh pelosok negeri. Mereka mengintimidasi kaum Muslim dan menggerogoti kesatuan Bangsa. Hal ini terjadi juga di Kauman. Tak sedikit anak-anak Kauman yang diganggu, sekalipun Kauman sudah menjadi perkampungan Muslim. Maka kehadiran Tapak Suci memberi rasa aman bagi kaum Muslim di situ. Masa-masa awal ini adalah masa-masa perlawanan terhadap gerakan Komunis yang terampil dalam mengintimidasi, menfitnah, dan merusak.

Saat itu konsentrasi beladiri Tapak Suci di arahkan untuk menghadapi gerakan komunis. Gerakan anti komunis inipun akhirnya diikuti oleh kelompok-kelompok pemuda yang membentuk sel-sel (kelompok) tersendiri di kampung-kampung lain dalam rangka menggerogoti kekuatan komunis, seperti Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkasa di Kampung Suronatan, termasuk M. Djuraimi kelak membentuk perguruan Eka Sejati di Kampung Karangkajen, yang seolah sebagai sel dari gerakan di Kauman.

Namun kiranya sepak terjang pemuda-pemuda Tapak Suci kelak ternyata diharapkan di daerah-daerah lainnya, apalagi jika daerah itu merupakan kampung umat Muhammadiyah. Beberapa wilayah mengajukan permintaan untuk dibuka latihan Tapak Suci. Selain itu Tapak Suci juga tersebar karena dibawa oleh aktifis perguruan yang berkelana atau merantau keluar daerah. Maka hal inilah yang kelak mendorong lahirnya Tapak Suci di daerah-daerah.

Seiring dengan tersebarnya Tapak Suci ke daerah, maka masuklah beberapa ahli pencak yang berada di lingkungan Muhammadiyah ke dalam Tapak Suci. Hal ini tentu semakin menyemarakkan gegap gempita Tapak Suci dari sisi organisasi dan keilmuan. Perguruan Tapak Suci yang awalnya hanya di Yogyakarta akhirnya berkembang keluar Yogyakarta dan masuk ke daerah-daerah lainnya.

Setelah meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, Tapak Suci kembali ke sarang dan berkonsetrasi kembali pada organisasi. Di tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikembangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Kemudian pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom ke-11 di lingkungan Muhammadiyah.