07/04/09

Cikauman

Pada tahun 1925, bertempat di lingkungan Kauman Tengah, atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A.Dimyati dan M.Wahib membuka latihan pencak. Diriwayatkan puluhan murid ikut berlatih. Pada saat inilah Pendekar M.Wahib menyatakan CIKAUMAN adalah satu-satunya pencak yang ada di KAUMAN. Penamaan aliran ini sebagaimana menunjuk nama satu tempat sebagai nama aliran. Adapun penyebutan aliran Cikauman ini mengandung pengertian sebagai aliran Banjaran-Kauman, dengan makna bahwa aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran Banjaran.

Pada waktu itu digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-muridnya, yaitu:

  1. Cikauman/Pencak Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkripadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik.
  2. Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara.
  3. Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk Kesucian.

Dalam literatur Pencak Silat, perkembangan pencak silat di Indonesia sangat dipengaruhi dua hal:

  1. Geografis: berupa dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai.
    Masing-masing memiliki karakter yang khas, salah satunya dalam hal kuda-kuda.
  2. Kultural: berupa budaya dan adat istiadat yang mempengaruhi sebuah aliran pencak silat. Dua jalur besar dalam hal ini yaitu aliran Bangsawan dan aliran Rakyat.

    Aliran Bangsawan:
  1. Tertutup, tidak mudah berasimilasi, bertahan kepada kemurniannya.
  2. Daya gunanya pada seni pencak silat
  3. Disiplin.

Aliran Rakyat:
  1. Terbuka, mudah berasimilasi, cenderung berbaur dan tidak murni.
  2. Daya guna pada bela diri.
  3. Tidak disiplin.
Kalau dilihat pada aliran Cikauman, dua definisi tersebut kurang cocok sepenuhnya, karena sifat Cikauman adalah:
  • Tertutup, akan tetapi mudah berasimilasi.
  • Tidak disiplin, tetapi patriotik.
  • Daya guna sama kuat antara seni dan bela diri.

Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa perkembangan aliran Banjaran-Kauman sejak awal hingga seterusnya, aliran ini senantiasa berinteraksi dan berdampingan dengan aliran-aliran pencak lainnya yang ada, baik aliran rakyat maupun aliran bangsawan.

Perguruan Cikauman (Kauman-Banjaran), dipimpin langsung oleh Pendekar Besar M. Wahib dan Pendekar Besar A. Dimyati. Murid angkatan pertama adalah M. Djuraimi (Mbah Djur) dan M. Syamsuddin. Kehandalan M. Syamsuddin terletak pada permainan sabetan kaki dan tangan. Hal ini ditunjang oleh postur tubuh M. Syamsuddin yang kekar, karena selain gemar pencak M. Syamsuddin juga seorang pemain sepak bola yang handal.

Setelah dinyatakan lulus dari Perguruan Cikauman, M. Syamsuddin diizinkan untuk menerima murid dan selanjutnya mendirikan Perguruan SERANOMAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar